Daftar Blog Saya

Kamis, 04 Desember 2025

 

KELABU

Qanita Nabil Dina


Di ketinggian bak mercusuar, di bawah naungan langit nan gelap. Dia berdiri di perbatasan antara hening jiwa dan riuh kota. Dia suka memandang ribuan lilin kota yang menyalakan panggung malam yang megah. Dari ketinggian itulah dia dapat menemukan kedamaian yang asing namun begitu akrab.


​Dia menyalakan bara api kecil, membiarkan asapnya berbaur dengan angin malam. Setiap tarikannya menciptakan jejak uap yang hilang ditelan pekatnya langit. Dia terhanyut dalam dialognya bersama bara api kecil itu. Asapnya mengepul perlahan, mengukir kata demi kata dalam malam. Namun, sebuah tangan dingin merampas cahaya dari jemarinya. Sunyi seketika pecah oleh kejutan. Pemilik tangan dingin itu menginjak bara api kecil yang baru saja dirampasnya hingga tak tersisa. Pemilik tangan dingin itu menatapnya dalam. Bukan dengan marah, melainkan duka.


​"Bukankah sudah saya peringatkan, Nona Moza?" tanya pemilik tangan dingin itu kepadanya yang masih membeku di tempatnya. Lalu pemilik tangan dingin itu melanjutkan ucapannya, "Kamu adalah bunga yang tak selayaknya layu oleh asap, sebuah mahakarya yang tak pantas diselimuti oleh kabut. Biarkan napasmu murni, bukan dicuri oleh kesenangan yang hanya sesaat."


​Belum sempat Moza mengeluarkan suara, pemilik tangan dingin itu kembali berucap, "Asap itu hanya kabut penipu, dia tidak akan pernah mampu memadamkan api kelelahan yang membakar jiwamu. Burnout itu, adalah jeritan hati, bukan dahaga nikotin. Kamu harus menghadapinya dengan istirahat, bukan dengan kesenangan sesaat."


​Tidak ada sepatah kata pun yang ke luar dari mulut Moza. Dia diam membeku, tidak ada protes yang tersampaikan.


​"Abang tahu penyakit itu bukan hanya sekedar rasa sakit, dia juga pencuri warna, dia merampas merah dari semangatmu dan biru dari langit harapan. Sehingga, menjadikan hari-harimu seperti kanvas yang hanya dibasahi kelabu. Itu yang kamu rasakan bukan? Tak tentu arah dan semuanya serba salah," ucap sang kakak berusaha meringankan beratnya atmosfer yang tercipta di antara keduanya.


​"Moza bingung dan tidak menemukan cara untuk mengatasinya. Isi kepala Moza sangat berisik. Hal itu membuat Moza terisik. Jadi, Moza memilih opsi itu untuk mencari ketenangan," ucap Moza yang akhirnya buka suara.


​Sang kakak lalu memegang kedua pundak adiknya dengan pandangan yang mencoba meyakinkannya. Kemudian dia berkata, "Cara mengusir kabut kelabu itu bukanlah dengan api yang menyesatkan. Yang kamu butuhkan bukan jeda yang beracun. Melainkan sunyi yang menyembuhkan. Pahamilah, mana yang harus kamu genggam erat dan mana yang harus kamu biarkan pergi. Dan ingatlah, kamu tidak sendiri."


​Moza langsung menghambur ke dalam pelukan sang kakak. Seraya berkata, "Terima kasih atas segala kekhawatiran ini. Moza janji: akan berusaha untuk sembuh."


Referensi :

Alodokter. 2024. Ciri-ciri Burnout dan Cara Mengatasinya. https://www.alodokter.com. Diakses 18 September 2025.

Universitas Esa Unggul. 2025. Burnout pada Mahasiswa: Tanda Bahaya yang Sering Terabaikan. https://www.esaunggul.ac.id. Diakses 18 September 2025.

Tidak ada komentar: